Mungkin tidak sedikit dari kita yang dalam pikirannya sempat timbul pertanyaan mengenai hubungan antara komunikasi dan profesi. Profesi Apoteker yang kesehariannya bergelut dengan obat-obatan sepertinya tidak memiliki keterkaitan dengan komunikasi, kalaupun ada hanya terbatas pada penyampaian informasi obat kepada pasien yang seringkali hanya berjalan satu arah saja. Sebelum menuju pada kaitan antara komunikasi dan profesi, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan komunikasi.
Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama”. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya sehingga dapat tercapai suatu “kesamaan”. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Lalu apa kaitan Komunikasi dengan Profesi?
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian atau yang sering kita sebut dengan Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Berbagai bentuk interaksi di atas dapat terlaksana dengan baik apabila seorang apoteker mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien sehingga pasien memberikan perhatiannya terhadap apa yang kita sampaikan dan memahami apa yang kita maksudkan. Adanya pemahaman dan perhatian pasien tersebut sangat membantu dalam proses peningkatan kualitas hidup pasien.
Pustaka :
Kepmenkes RI Nomor 1027 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Mulyana, Deddy Prof. Imu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2007
Apoteker UNPAD
Komunikasi dan Konselling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar